Pages

Sunday 14 September 2008

Religiusasi Opmawa


DENGARLAH LAGU-LAGU PERJUANGAN


Kinerja kepengurusan Organisasi Pemerintahan Mahasiswa (Opmawa) telah sejalan dengan Fakultas Ekonomi. Setidaknya, itulah pernyataan Drs. Henry Eryanto, MM, selaku Pembantu Dekan III FE UNJ bidang kemahasiswaan.

Opmawa seperti HMJ Ekonomi dan Administrasi, HMJ Manajemen, HMJ Akuntansi dan BEM FE saat ini baru berusia tiga tahun. Usia yang sesingkat itu memang masih banyak yang perlu dipelajari.

Pengkaderan opmawa FE UNJ cukup bagus. Selalu saja banyak mahasiswa yang berduyun-duyun untuk menjadi anggotanya. Tak peduli buat cari pengalaman, menambah teman, atau sekadar tempat nongkrong.

Opmawa dan ormawa FE UNJ berlokasi di gedung L. Selain tiga HMJ Fakultas Ekonomi, disana juga terdapat Badan Semi Otonom (BSO) Al Iqtishodi, BSO Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dan EconoChannel. Semua opmawa dan ormawa tadi setidaknya bisa bisa bekerja sama dengan baik.

Opmawa bukan organisasi keagamaan. Tetapi beberapa opmawa yang sudah mengarah kesana. Opmawa tersebut cukup sering memutar lagu-lagu Islami. Mereka menyebutnya lagu-lagu perjuangan. Tidak ada maksud untuk menjelekkan lagu tersebut. Bukan juga perbedaan selera lagu. Tetapi perlu diketahui, Gedung L bukan kumpulan organisasi keagaaman. Tidak sepatutnya mereka memutar lagu-lagu tersebut, apalagi sampai menggema keseluruh ruangan. Hal ini cenderung mengarah Suku Agama dan Ras (SARA).

Bahkan, ketika MPA September lalu, hegemoni mereka berlanjut. Semua mahasiswi muslim dihimbau untuk menggunakan kerudung oleh panitia. Ketika ditanyakan kepada salah satu sie acara MPA, mereka hanya menjalankan Standard Operating Procedure (SOP) opmawa penyelenggara proker MPA. Memang ketika itu suasananya masih bulan Ramadhan. Tetapi yang namanya mahasiswi baru tetap saja menurut meskipun cuma sebuah himbauan. Daripada nantinya dihukum. Sepertinya pihak eksekutif mahasiswa ingin menyamaratakan semua mahasiswa.

Tanpa sadar mereka hampir menepikan hak asasi manusia. Mengutamakan kepentingan golongan. Pesantren ala eksekutif mahasiswa pun sudah tidak terelakan lagi. Atau melihat bendera negara selain merah putih pun dapat ditemukan almamater mereka. Itulah sebagian potret absurditas opmawa.


No comments: